Ristoja

  • 19/Oct/2016
  • Admin
  • Penelitian
  • 227988

Ristoja, Eksplorasi Kekayaan Alam dan Budaya di Pelosok Indonesia

Tiada lagi negeri seindah persada Nusantara
Hutan rimba menghijau
Tempat bersemayam burung margasatwa
Gunung api yang tinggi megah
Menambah semarak persadaku
Lembah ngarai dan sungai-sungai
Mengukir keindahan abadi
Tanah pusaka, akupun dilahirkan disana

Lirik lagu “Nusantaraku” yang dibawakan oleh Jamal Mirdad ini mungkin sudah tidak dikenal lagi di kalangan anak muda jaman sekarang. Lagu tentang keindahan dan keberagaman alam yang dimiliki negeri kita tercinta Indonesia.

Lagu di atas diciptakan pada tahun 80an. Dari situ dapat dikatakan bahwa sejak dulu Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya dengan potensi sumber daya alam yang luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Negeri yang hingga saat ini belum tereksplor secara sempurna untuk kemudian dilindungi keberagaman dan keindahan kekayaannya. Begitu banyak kekayaan alam Indonesia yang masih belum diketahui, sehingga belum dapat dilindungi keberadaannya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropik terbesar kedua di dunia, kaya dengan keanekaragaman hayati terutama tumbuhan dan dikenal sebagai salah satu dari 7 (tujuh) negara “megabiodiversity”. Biodiversitas yang besar tersebut tersimpan potensi tumbuhan berkhasiat yang dapat digali dan dimanfaatkan lebih lanjut. World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis.

Pada tahun 2012 Badan Litbang Kesehatan c.q. Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional telah menyelenggarakan Penelitian Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di Indonesia Berbasis Komunitas (selanjutnya disebut Ristoja/Riset Tumbuhan Obat dan Jamu) pada 209 etnis di 26 propinsi di Indonesia.

Ristoja diharapkan untuk menghasilkan data jenis tumbuhan obat, ramuan obat tradisional yang digunakan serta pengetahuan lokal etnomedisin di seluruh etnis Indonesia. Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu.

Pada tahun 2014, dilakukan penelitian analisis lanjut Ristoja sebagai kelanjutan dari penelitian tahun 2012. Analisis lanjut ini fokus terhadap ramuan yang berkhasiat untuk tiga jenis penyakit, yaitu kanker, malaria dan TBC. Mengapa tiga penyakit ini? Karena ketiganya merupakan kategori penyakit yang masuk dalam program Kemenkes RI.

Analisis lanjut Ristoja dilakukan dalam beberapa tahap penelitian, yaitu pengambilan kembali sampel tanaman obat di masing-masing provinsi, preparasi sampel dan uji laboratorium.

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan untuk tanaman obat yang digunakan dalam ramuan ketiga penyakit di atas. Sampel tanaman obat diambil di lokasi, dimana ramuan itu digunakan oleh pengobat tradisional setempat, sesuai dengan hasil eksplorasi Ristoja tahun 2012 lalu.

Preparasi sampel

Sebelum uji laboratorium, tanaman obat yang telah diambil harus melalui proses preparasi (penyiapan) sampel terlebih dahulu. Proses ini terdiri dari proses pascapanen (pencucian, pengeringan hingga perubahan bentuk) serta proses ekstraksi.

Uji laboratorium

Uji laboratorium meliputi chemical profiling (profil kandungan zat kimia), DNA fingerprinting (profil DNA tanaman) serta uji aktivitas antibakteri dan antiparasit secara in vitro (uji dengan menggunakan sel atau jaringan). Kegiatan penelitian ini dilakukan di  B2P2TOOT Tawangmangu, Fakultas Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi Univ. Gadjah Mada Yogyakarta.

Ramuan hasil analisis lanjut Ristoja ini diharapkan untuk terus diteliti dan dikembangkan hingga dapat dicanangkan sebagai Jamu Saintifik Indonesia.

 

Ristoja 2015

Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA), merupakan riset pemetaan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan obat berbasis komunitas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2015. Riset ini dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan informasi terkait data tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang digunakan oleh setiap etnis di Indonesia. RISTOJA bertujuan mendapatkan data dasar pengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat tradisional (OT) dan jenis-jenis tumbuhan obat (TO) di Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi : karakteristik Informan, gejala dan jenis penyakit, jenis-jenis tumbuhan, kegunaan tumbuhan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang digunakan, ramuan, cara penyiapan dan cara pakai untuk pengobatan, kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO dan data lingkungan

RISTOJA 2015 dilaksanakan di 24 provinsi bekerja sama dengan Perguruan Tinggi terkemuka di masing-masing wilayah. Informan sebagai sumber pengumpulan data adalah pengobat tradisional (battra) yang merupakan etnis asli dari masing-masing tempat pengumpulan data. Penentuan informan dengan metode purposive sampling berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat adat, Kepala Desa, Puskesmas, atau Dinas Kesehatan Kabupaten setempat. Jumlah pengobat tradisional sebagai informan untuk masing-masing etnis 5 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan teknik terstruktur dan bebas untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin, observasi/ pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan informan meliputi aktivitas dalam melakukan pengobatan dan penyiapan ramuan dan pengamatan di lokasi pengambilan tumbuhan obat sebagai bahan pembuatan ramuan. Pendokumentasian dalam bentuk catatan, foto, audio, dan video (jika memungkinkan) atas semua kegiatan informan dalam melakukan pengobatan termasuk keadaan tumbuhan obat dilapangan untuk membantu identifikasi jenis tumbuhan yang digunakan.

 

PELAKSANAAN

Kegiatan Ristoja 2015 dilaksanakan di 96 etnis yang tersebar di 24 provinsi dan 125 kabupaten/kota, mencakup 525 pengobat tradisional sebagai sumber informasi. Pelaksanaan kegiatan melalui kerjasama dengan Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi di masing- masing provinsi, setiap tim terdiri dari 5 peneliti yang terdiri dari kelompok botanis (biologi, pertanian, kehutanan), kelompok antropolog (antropologi, sosiologi), dan kesehatan (dokter, apoteker, kesehatan masyarakat, perawat).